Gfz7GUM9Tpr6BUdoTSr6TUr8BY==

Pelajar SMA Lamongan Raih Penghargaan Internasional Berkat Kerajinan Eceng Gondok

Zaviratus Azzahra dan Nanda Fitri Oktalia menunjukkan hasil karya tas berbahan eceng gondok. (Ist)


LAMONGAN, LamonganTerkini.id - Eceng gondok banyak ditemukan di berbagai sungai di Lamongan.

Namun, di tangan lima pelajar SMA, tanaman tersebut diubah menjadi kerajinan tangan berupa tas dan tempat tisu.

Kreativitas Zaviratus Azzahra, Nanda Fitri Oktalia, Diera Aulia Azzahra, Fransiska Septina Ardi, dan Neza Agnesiyah Uswatin dalam memanfaatkan eceng gondok ini berbuah manis dengan penghargaan.

Mereka berhasil meraih medali perunggu pada ajang Internasional Science and Invention Fair (ISIF) 2023.

Zaviratus menjelaskan, ide pemanfaatan ini muncul dari diskusi kecil dengan teman-teman kelompoknya.

Eceng gondok diambil dari Dusun Glugu, Desa Dlanggu, Kecamatan Deket.

Zaviratus dan rekan-rekannya ingin memberdayakan masyarakat di desa tersebut dengan memanfaatkan banyaknya eceng gondok.

Proses pembuatan produk dari pengambilan eceng gondok hingga menjadi kerajinan membutuhkan waktu sekitar dua bulan.

Zaviratus dan Nanda menjelaskan tahapan prosesnya.

Batang eceng gondok yang dipilih minimal memiliki panjang 30 sentimeter (cm).

Untuk menghilangkan kandungan air, eceng gondok dikeringkan hingga benar-benar kering.

Jika pengeringan tidak sempurna, tanaman bisa berjamur dan berbau.

Setelah itu, eceng gondok digiling agar hasil akhirnya halus dan berserat.

Langkah berikutnya adalah menganyam bahan tersebut menjadi tas dan tempat tisu.

Proses pengerjaan ini dilakukan bersama warga setempat dengan pendampingan dari guru pembimbing.

Tas dijual dengan harga Rp 60 ribu, sementara tempat tisu dijual sekitar Rp 20 ribu, tergantung ukurannya.

"Karena penelitian ini berbasis pemberdayaan, maka kerja kelompok ini dibantu oleh warga setempat," ujar Nanda.

Menurut Nanda, warga sangat senang dengan kegiatan ini.

Mereka memiliki aktivitas baru yang bisa menjadi sumber penghasilan.

Hingga kini, warga masih menerima pesanan.

Bahkan, produk mereka beberapa kali dipamerkan dalam acara desa dan kecamatan.

Saat mengikuti ISIF, Zaviratus dan teman-temannya menghadapi kendala bahasa.

Proses presentasi makalah harus menggunakan bahasa Inggris, sementara juri dari India sulit dimengerti pelafalannya.

"Saat ini kami sedang mempersiapkan untuk even berikutnya tingkat internasional juga, tapi masih mencari materi yang bahan bakunya mudah ditemui," ungkap pelajar yang pernah meraih medali emas nasional dalam Pekan Sains dan Olimpiade Nasional 2024 itu.

Advertisement
pasang iklan media online nasional pewarta network
Advertisement
pasang iklan media online nasional pewarta network
Advertisement
pasang iklan media online nasional pewarta network

Ketik kata kunci lalu Enter

close
pasang iklan media online nasional pewarta network